Tegalgubug adalah nama suatu desa di kecamatan Arjawinangun, Cirebon,Jawa Barat, Indonesia, tegalgubug sendiri lebih dikenal dengan nama pasar sandang tegalgubug, penduduk dan masyarakat sekitar percaya bahwa pasar tegalgubug merupakan pasar sandang terbesar di asia tenggara dengan luas 30 ha lebih terbagi menjadi beberapa blok A,B,C,D,E,F,G,H setiap tahunnya pengelola pasar tegalgubug berupaya membangun blok blok baru, pasar tegalgubug sendiri beroperasi 2 kali dalam seminggu yaitu hari selasa dan sabtu namun satu hari sebelumnya sudah ramai, dan sudah menyebabkan kemacetan dipantura
sejarah pasar tegalgubug sendiri awalnya karna kreatifitas penduduknya.
Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Ir H Maslani Samad (50), menjelaskan, sejarah Pasar Tegalgubug dimulai sekitar tahun 1914. Saat itu, warga setempat menggantungkan hidupnya dengan membuat dan menjual kemben, yakni perlengkapan kebaya kaum perempuan pada masa itu. Pasalnya, kaum perempuan di Tegalgubug memang mahir dalam menjahit. Para pembeli kemben itu berasal dari luar wilayah Cirebon . Mereka berdatangan dengan menggunakan pedati pada malam hari. Karena itulah, hingga kini, aktivitas perdagangan di Pasar Tegalgubug telah dimulai sejak malam hari sebelum ‘hari pasaran’ tiba.
Seiring berlalunya waktu, aktivitas perdagangan di Pasar Tegalgubug pun terus berjalan. Namun, aktivitas perdagangan itu belum dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Karenanya, kaum lelaki di desa tersebut lantas merantau ke Bandung untuk menjadi tukang becak. Tahun 1960-an, di Bandung mulai menjamur industri tekstil. Seringkali, pabrik-pabrik tekstil itu membuang sisa-sisa kain yang tidak mereka gunakan.
‘’Melihat hal itu, para tukang becak yang berasal dari Tegalgubug memungut sisa-sisa kain tersebut dan membawanya pulang. Mereka yakin kain-kain itu dapat dimanfaatkan bila diolah lebih lanjut oleh istri mereka yang memang pandai menjahit,
Keyakinan para tukang becak itu memang tidak keliru. Kain-kain sisa yang telah dijahit menjadi pakaian jadi itu, sangat laku dijual di Pasar Tegalgubug. Bahkan, permintaan pun terus meningkat hingga akhirnya mereka tak lagi hanya menggunakan kain sisa untuk dijahit menjadi pakaian jadi, melainkan juga membeli kain secara utuh.
Melalui promosi dari mulut ke mulut, keberadaan Pasar Tegalgubug pun semakin dikenal. Apalagi, lokasinya yang terletak di sisi jalur utama pantura penghubung Jakarta dan Jateng, menjadikan Pasar Tegalgubug sangat mudah untuk dijangkau oleh para pembeli yang datang dari berbagai daerah. Tercatat, ada sekitar 6.000 pedagang dari berbagai kota yang kini berjualan di Pasar Tegalgubug. mereka datang dari tasikmalaya tegal solo pekalongan jogja, indramayu dan berbagai kota lainnya.